Jenis Masalah Kejiwaan Gejala, Penyebab, dan
Alternatif
Penanggulangannya
Setiap orang pasti tidak ingin
mengalami gangguan jiwa. Namun, keadaan terkadang tak mampu membuat orang
terhindar dari kondisi gangguan kejiwaan.Tingkat stres yang berlebihan karena
suatu sebab yang sangat mengganggu fisik dan psikis merupakan faktor utama yang
dapat menyebabkan seseorang kemudian terkena gangguan jiwa.
Gangguan jiwa merupakan kondisi adanya gejala klinis
berupa sindroma pola perilaku dan pola psikologik yang sangat berkaitan dengan
adanya rasa tidak nyaman, rasa nyeri, dan tidak tenteram. Berikut ini merupakan
beberapa macam gangguan jiwa pada manusia. Salah Satunya yang akan saya bahas pada artikel ini adalah Gangguan Jiwa Jenis Fobia.
1. Fobia
Fobia (gangguan anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada
sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang
yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia
sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan
bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat
fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika
sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi
pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil
seperti kecoak atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang
pengidap fobia, subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna,
sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Dalam
keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan
tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut
berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan di mana mental seseorang
menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan
dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat
pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang
yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi
(mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut
tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang
tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan
agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan
cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang
tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif
yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon
negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan
intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut
akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya
seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif.
Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.
Gambar 1, Fobia
2. Jenis Fobia
2.1. Fobia Spesifik
Berdasarkan jenis ketakutannya,
fobia dibagi menjadi dua. Fobia yang pertama adalah fobia spesifik. Fobia
spesifik biasanya mulai berkembang sejak masa kanak-kanak atau remaja.
Contoh-contoh fobia spesifik adalah fobia terhadap lingkungan (kedalaman air
atau ketinggian), fobia terhadap hewan (ular, ulat, atau laba-laba), fobia
terhadap situasi (berkunjung ke dokter),dan fobia secara fisik (takut jarum
suntik atau darah).
2.2 Fobia Kompleks
Fobia jenis kedua adalah fobia
kompleks. Jenis fobia ini biasanya berkembang di masa dewasa. Salah satu contoh
fobia kompleks adalah fobia sosial. Orang yang menderita fobia ini akan merasa
cemas ketika berada di lingkungan sosial. Mereka takut dipermalukan orang lain
atau mempermalukan dirinya sendiri jika salah bicara. Tentu saja hal ini akan
sangat mengganggu keseharian penderitanya, termasuk dampaknya dalam dunia
bisnis, pekerjaan, relasi, maupun terhambatnya pengembangan diri.
Jenis fobia kompleks yang lainnya
adalah takut terhadap tempat-tempat yang mana mereka merasa terperangkap atau
takut meninggalkan rumah karena khawatir akan keadaan ramai. Gejala ini akan
menjadi-jadi apabila mereka diserang rasa panik. Karena itu biasanya penderita
akan menghindari situasi, seperti bepergian dengan kendaraan umum atau berada
di tempat publik (restoran, pasar, atau supermarket). Istilah fobia seperti ini
disebut juga sebagai agorafobia.
3. Gejala Fobia
Selain gejala psikologi berupa
rasa takut, fobia juga bisa berdampak kepada kondisi fisik. Beberapa contoh
gejala fisik yang timbul akibat fobia, antara lain:
·
Disorientasi atau bingung
·
Pusing dan sakit kepala
·
Mual
·
Dada terasa sesak dan nyeri
·
Sesak napas
·
Detak jantung meningkat
·
Tubuh gemetar dan berkeringat
·
Telinga berdengung
·
Sensasi ingin selalu buang air kecil
·
Mulut terasa kering
·
Penyebab fobia
4. Penyebab Timbulnya Fobia
Hingga kini penyebab fobia belum
diketahui secara jelas. Meski begitu, ada beberapa faktor yang diduga kuat
dapat menyebabkan kondisi ini, di antaranya:
Peristiwa traumatis. Ada
beberapa contoh peristiwa yang dapat menyebabkan
seseorang
mengalami trauma hingga pada akhirnya memicu munculnya fobia,
misalnya
pengalaman diserang binatang atau serangga, pengalaman terjebak di
dalam
sebuah ruangan tertutup atau lift, pengalaman berada di tengah-tengah
tawuran
atau kerusuhan massa, pengalaman dimusuhi, atau mendapat penolakan dari
orang
lain.
Temperamen yang tinggi. Seseorang
yang berkepribadian terlalu sensitif, selalu
berpikiran
negatif, dan sangat pemalu akan lebih rentan mengalami fobia.
Memiliki orang tua penderita fobia. Disinyalir
bahwa fobia merupakan kondisi
yang
dapat diwarisi. Apabila terdapat anggota keluarga yang memiliki fobia
terhadap situasi atau
pun objek tertentu, maka risiko Anda terkena fobia juga tinggi
Pe
5.1. Diagnosis fobia
Disarankan untuk menemui dokter
jika rasa takut Anda telah berdampak pada kebahagian dalam menjalani hidup dan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Biasanya kasus semacam ini terkait kepada
fobia kompleks.
Untuk mendiagnosis apakah pasien
mengalami fobia sosial, dokter biasanya akan menanyai pasien apakah dirinya
takut saat harus menghadiri acara sosial, berkomunikasi dengan orang lain, atau
berbicara di depan umum. Dokter juga akan menanyakan apakah selama enam bulan
ke belakang pasien mencemaskan orang lain menilai dirinya negatif, merasa malu
saat berinteraksi dengan orang lain, atau pasien merasa cemas saat berada di
tengah lingkungan sosial. Apabila hampir semua respons atas pertanyaan tersebut
pernah dialami pasien, maka bisa dipastikan pasien tersebut mengalami fobia
sosial.
Sama halnya dalam metode
diagnosis agorafobia, dokter akan menanyakan apakah pasien cemas ketika dirinya
keluar atau jauh dari rumah, berada di tengah kerumunan atau ruang terbuka
(misalnya taman), dan cemas saat melakukan antrean. Untuk kasus sebaliknya,
pasien akan ditanya apakah dirinya takut berada di rumah sendirian atau berada
di ruang sempit tertutup (misalnya lift). Selain itu, dokter juga akan
menanyakan apakah selama enam bulan ke belakang pasien khawatir mengalami
serangan cemas sehingga sering menghindari situasi-situasi tersebut. Jika
hampir semua jawaban positif, maka besar kemungkinan pasien mengalami
agorafobia.
Untuk kasus fobia spesifik
biasanya penderita jarang memeriksakan diri ke dokter karena sebagian besar
dari mereka menyadari apa saja objek yang mereka takuti dan berusaha
menghindarinya. Oleh karena itu, kondisi ini lebih jarang mengganggu aktivitas
sehari-hari penderita.
5.2. Pengobatan fobia
Fobia bisa ditangani dengan dua
cara, yaitu melalui terapi dan obat-obatan. Jenis terapi yang umumnya
diterapkan untuk kasus fobia adalah terapi perilaku kognitif yang
dikombinasikan dengan terapi pemaparan atau desensitisasi. Dalam terapi
kombinasi ini rasa takut pasien terhadap suatu objek atau situasi akan
dikurangi secara perlahan-lahan dengan cara meningkatkan frekuensi paparan
terhadap objek atau situasi tersebut secara bertahap.
5.3. Contoh Kasus Fobia
Contohnya kasus pada pasien yang
takut terhadap laba-laba. Sebagai langkah pertama, pasien akan disuruh dokter
untuk membaca materi seputar laba-laba. Kemudian pasien juga akan ditunjukkan
beberapa gambar serangga tersebut. Jika pada tahap ini pasien telah terbiasa,
maka berikutnya dokter akan menaikkan level paparan dengan membawa pasien
mengunjungi museum serangga dan melihat langsung laba-laba dari dekat. Apabila
pada tahapan ini pasien berhasil mengatasi rasa takutnya, maka pada puncak
terapi, pasien akan diajak dokter memegang laba-laba secara langsung.
Terapi kombinasi sering kali
diterapkan oleh dokter untuk menangani fobia ketimbang metode lain,
misalnya-obat-obatan, karena hasilnya yang sangat efektif.
5.4. Penanganan fobia
dengan obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan
biasanya lebih bertujuan untuk membantu pasien menenangkan diri dan
mengendalikan rasa takut dan paniknya terhadap suatu objek atau situasi yang
ditakutinya. Salah satu obat yang biasa diberikan oleh dokter pada kasus fobia
adalah obat antidepresan jenis penghambat pelepasan serotonin (SSRI). Obat ini
bekerja dengan cara memengaruhi transmiter di dalam otak yang bernama
hormon serotonin. Serotonin berperan dalam menciptakan dan mengatur suasana
hati.
Jenis obat fobia lainnya adalah
obat penghambat beta. Obat ini sering kali digunakan dalam jangka pendek karena
efektif mengurangi rasa takut dalam situasi tertentu. Contohnya adalah
pemakaian obat sesaat sebelum acara berlangsung oleh seorang penyanyi yang
mengalami demam panggung parah. Obat penghambat beta bekerja dengan cara
menghambat reaksi-reaksi yang muncul dari stimulasi adrenalin akibat rasa
cemas, misalnya suara dan tubuh gemetar, jantung berdebar, dan tekanan darah
meningkat.
Selain antidepresan dan
penghambat beta, obat lainnya yang bisa digunakan untuk menangani fobia
adalah benzodiazepine atau golongan obat penenang. Obat ini bekerja
dengan cara mengurangi rasa cemas dan membantu penderita merasa santai atau
rileks. Namun penting sekali untuk menaati petunjuk dari dokter dalam
penggunaan benzodia pezine karena
obat ini berpotensi menyebabkan ketergantungan pada pemakainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Fobia, Tersedia pada Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Fobia [diakses 06 Mei 2016]
Fobia, Gejala dan Penanggulangannya, Tersedia pada Link :
http://www.alodokter.com/fobia [diakses 06 Mei 2016]