FRAMEWORK
3 : TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Pengertian
Total Quality Management (TQM) – Total Management System atau disingkat
dengan TQM adalah suatu sistem manajemen kualitas yang berfokus pada Pelanggan
(Customer focused) dengan melibatkan
semua level karyawan dalam melakukan peningkatan atau perbaikan yang
berkesinambungan (secara terus-menerus). Total
Quality Management atau TQM ini menggunakan strategi, data dan komunikasi
yang efektif untuk meng-integrasikan kedisplinan kualitas ke dalam budaya dan
kegiatan-kegiatan perusahaan. Singkatnya, Total Quality Management (TQM) adalah
pendekatan manajemen untuk mencapai keberhasilan jangka panjang melalui
Kepuasan Pelanggan (Customer
Satisfaction).
Dalam TQM (Total Quality Management), semua
anggota organisasi atau karyawan perusahaan harus berpartisipasi aktif
dalam melakukan peningkatan proses, produk, layanan serta budaya dimana mereka
bekerja sehingga menghasilkan kualitas terbaik dalam Produk dan Layanan yang
pada akhirnya dapat mencapai tujuan kepuasan pelanggan.
Gambar
Model TQM
A.
Tujuan Dari Total Quality Management (TQM)
Tujuan utama Total
Quality Management adalah perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus. Dengan
demikian, juga Quality Management sendiri yang harus dilaksanakan secara
terus-menerus. Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu terpadu atau TQM
sudah muncul di daratan Amerika dan Jepang dan akhirnya Koji Kobayashi, salah
satu CEO of NEC, diklaim sebagai orang pertama yang mempopulerkan TQM, yang dia
lakukan pada saat memberikan pidato pada pemberian penghargaan Deming prize di
tahun 1974. Banyak perusahaan Jepang yang memperoleh sukses global karena
memasarkan produk yang sangat bermutu. Perusahaan/organisasi yang ingin
mengikuti perlombaan/ bersaing untuk meraih laba/manfaat tidak ada jalan lain
kecuali harus menerapkan Total QualityManagement. Di Jepang, TQM dirangkum
menjadi empat langkah, yaitu sebagai berikut.
- Kaizen:
difokuskan pada improvisasi proses berkelanjutan (continuous Improvement)
sehingga proses yang terjadi pada organisasi menjadi visible (dapat dilihat),
repeatable (dapat dilakukan secara berulang-ulang), dan measurable (dapat
diukur).
- Atarimae
Hinshitsu: berfokus pada efek intangible pada proses dan
optimisasi dari efek tersebut.
- Kansei:
meneliti cara penggunaan produk oleh konsumen untuk peningkatan kualitas produk
itu sendiri.
- Miryokuteki
Hinshitsu: manajemen taktis yang digunakan dalam produk yang
siap untuk diperdagangkan.
Penerapan Total Quality Management dipermudah oleh
beberapa piranti, yang sering disebut “alat TQM”. Alat-alat ini membantu kita
menganalisis dan mengerti masalah-masalah serta membantu membuat perencanaan.
Delapan alat TQM yang diuraikan adalah sebagai berikut :
1. Curah
pendapat (sumbang saran) – Brainstorming, adalah alat
perencanaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas kelompok.
Curah pendapat dipakai, antara lain untuk menentukan sebab-sebab yang mungkin
dari suatu masalah atau merencanakan langkah-langkah suatu proyek.
2. Diagram
alur (bagan arus proses), adalah satu alat perencanaan dan
analisis yang digunakan, antara lain untuk menyusun gambar proses tahap demi
tahap untuk tujuan analisis, diskusi, atau komunikasi dan menemukan
wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.
3. Analisis
SWOT, adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk
menganalisis masalah- masalah dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang),
dan Threats (ancaman).
4. Ranking
preferensi, merupakan suatu alat interpretasi yang dapat
digunakan untuk memilih gagasan dan pemecahan masalah di antara beberapa
alternatif.
5. Analisis
tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat), merupakan
alat analisis, antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari
suatu masalah dan menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu
proses.
6. Penilaian
kritis, adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan
untuk memeriksa setiap proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini
membantu kita untuk memikirkan apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan
apakah ada alternatif yang lebih baik.
7. Benchmarking,
adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita dan
dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini
akan menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara terus menerus.
Tujuan benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan sehingga
menjadi yang terbaik.
Diagram
analisa medan daya (bidang kekuatan), merupakan suatu alat
analisis yang dapat digunakan, antara lain untuk mengidentifikasi berbagai
kendala dalam mencapai suatu sasaran dan mengidentifikasi berbagai sebab yang
mungkin serta pemecahan dari suatu masalah atau peluang.
Dalam hal kualitas dianggap layak, maka diperlukan
suatu produk untuk dapat memenuhi
dimensi-dimensi berikut ini.
Performa:
seberapa cocok produk itu digunakan sesuai dengan fungsi pemenuhan kebutuhannya
Features:
konten dari produk yang membedakannya dari produk lain
Reliabilitas:
seberapa lama produk itu dapat bertahan dari kerusakan
Conformance:
sejauh mana produk dapat dikembangkan oleh konsumen itu sendiri.
Durabilitas:
seberapa lama produk dapat digunakan sampai benar benar tidak dapat dipakai
lagi
Serviceability, speed, cost, ease to
repair: ada tidaknya servis center dan seberapa banyak biaya yang dikeluarkan
konsumen untuk itu.
Esthetic: nilai keindahan dari
produk, termasuk dalam definisi ini adalah tampilan fisik produk
Percieved quality: kesan yang membekas
dari produk pada pemikiran konsumen
Syarat syarat pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut
:
1. Setiap perusahaan/organisasi harus secara terus meneurus melakukan
perbaikan mutu produk dan pelayanan sehingga dapat memuaskan para pelanggan.
2. Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan, dan para pemegang
saham.
3. Memiliki wawasan jauh ke depan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan.
4. Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul hasil.
5. Menciptakan kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam
menciptakan keunggulan mutu.
6. Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi
karyawan bukan dengan cara otoriter sehingga diperoleh suasana kondusif bagi
lahirnya ide-ide baru.
7. Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan
maaf bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
8. Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/
pendapat.
9. Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas sehingga pengawasan
lebih mudah.
10. Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya
peningkatan mutu.
B. Sejarah Total Quality Management (TQM)
Perkembangan mutu terpadu pada mulanya
sebagai suatu sistem perkembangan di Amerika Serikat. Buah pikiran dari para
tokoh yang mengemukakannya pada mulanya kurang diperhatikan oleh masyarakat,
khususnya masyarakat bisnis. Namun, beberapa dari mereka merupakan pemegang
kunci dalam pengenalan dan pengembangan konsep mutu. Sejak 1980 keterlibatan
mereka dalam manajemen terpadu telah dihargai di seluruh dunia. Adapun konsep-
konsep mereka tentang mutu terpadu secara garis besar dapat dikemukakan berikut
ini.
1.
F.W. Taylor
(1856-1915), seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan dasar dari
pembagian kerja (devision of work). Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu
(time and motion study) untuk pekerjaan manual memperoleh gelar “Bapak
Manajemen Ilmiah” (The Father of
Scientific Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa
elemen tentang teori manajemen, yaitu sebagai berikut :
- Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam
satu hari
- Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas
yang menjadi bagiannya.
- Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
- Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran
yang telah ditentukan (personal loss).
- Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja. Dengan demikian, dia
memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki
kerja.
2. Shewart (1891-1967), seorang ahli
statistik yang bekerja pada “Bell Labs” selama periode 1920-1930. Dalam bukunya
The Economic Control of Quality Manufactured Products, diperoleh suatu kontribusi
yang menonjol dalam usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil pengolahan. Dia
mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi dapat
dimengerti melalui penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling dan
probabilitas digunakan untuk membuat control chart untuk memudahkan para
pemeriksa mutu, untuk memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak.
3.Edward Deming, lahir tahun 1900 dan
mendapat Ph. D. pada 1972 sangat menyadari bahwa ia telah memberikan pelajaran
tentang pengendalian mutu secara statistik kepada para insinyur bukan kepada
para manajer yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Pada 1950 beliau
diundang oleh “The Union to Japanese Scientists and Engineers (JUSE)” untuk
memberikan ceramah tentang mutu yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Quality is primarily the result of senior management actions and not the
results of actions taken by workers.
- The system of work that determines how work is performed and only managers
can create system.
- Only manager can allocate resources, provide training to workers, select
the equipment and tools that worekers use, and provide the plant and
environment necessary to achieve quality.
- Only senior managers determine the market in which the firm will
participate and what product or service will be solved.
4.Prof. Juran, mengunjungi Jepang
pada tahun 1945 dan membantu pimpinan Jepang di dalam menstrukturisasi industri
sehingga mampu mengekspor produk ke pasar dunia. Ia membantu Jepang untuk
mempraktikkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk pabrik ke dalam
suatu seri konsep yang menjadi dasar bagi suatu “management process” yang
terpadu. Juran endemonstrasikan tiga proses manajerial untuk mengelola keuangan
suatu organisasi yang dikenal dengan trilogi Juran, yaitu finance planning,
financial control, financial improvement. Adapun perincian trilogi itu sebagai
berikut :
- Quality planning, yaitu suatu proses
yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan menyampaikan produk dan
jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan ini
ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan pelanggan.
- Quality control, yaitu suatu proses
di mana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan
kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah
diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak segera diperbaiki.
- Quality improvement, yaitu suatu proses
di mana mekanisme yang sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai
berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber- sumber, menugaskan orang-orang
untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih para karyawan yang terlibat dalam
proyek mutu, dan pada umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar
mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya.
5. Kaoru Ishikawa, penggugas gugus
kendali mutu dengan mengembangkan ”Ishikawa Cause and Effect Diagram’ atau
dikenal sebagai ’fishbone diagram’. Istilah yang digunakannya Company-Wide
Quality Control (CWQC) menjadi Total Quality Management (TQM). Penerapan
statistik untuk Quality Assurance diungkapkan secara praktis tanpa formula
matematis yang rumit sehingga amat disukai. Beliau memiliki filsafah ’utamakan
membangun manusia, baru kemudian membuat barang’.
6. Profesor Kume, mengemukakan TQM
adalah pendekatan manajemen yang bertujuan untuk keberhasilan dalam membantu
membangun pertumbuhan yang stabil dari sebuah organisasi dengan
mengikutsertakan anggotanya yang secara ekonomi menghasilkan mutu yang
diinginkan pelanggan.
C. Elemen Kunci TQM
Gambar Elemen Kunci TQM
Dengan mengkombinasikan prinsip-prinsip
tentang mutu oleh para ahli dengan pengalaman praktik telah dicapai
pengembangan suatu model sederhana, tetapi sangat efektif untuk mengimplementasikan
manajemen mutu terpadu. Model tersebut terdiri atas komponen-komponen berikut :
1. Tujuan: perbaikan terus-menerus, artinya mutu
selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan
dan keinginan para pelanggan.
2. Prinsip: fokus pada
pelanggan, perbaikan proses, dan keterlibatan total.
3. Elemen: kepemimpinan, pendidikan dan
pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan pengakuan, serta
pengukuran.
Model di atas dibentuk berdasarkan tiga prinsip mutu terpadu, yaitu sebagai
berikut :
1. Fokus kepada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
2. Fokus pada perbaikan proses kerja untuk memproduksi secara konsisten produk
yang dapat diterima.
3. Fokus yang memanfaatkan bakat para karyawan.
Model TQM di atas menunjukkan suatu
philosophy bahwa mutu yang diinginkan didapat dari kekuatan kepemimpinan,
perencanaan, design, dan peningkatan inisiatif. Kedelapan elemen kunci tersebut
dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Foundation, termasuk di
dalamnya
- ethics, bentuk kedisiplinan
yang akan menjalankan halhal yang dianggap baik oleh perusahaan dan
menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang dianggap buruk.
- integrity, di dalamnuya adalah
kejujuran, moralitas, nilai, keadilan, dan ketulusan. Suatu perusahaan
hendaknya mampu menilai apa yang konsumen harapkan dan apa yang pantas
diberikan kepada konsumen berdasarkan nilai-nilai tersebut.
- trust, kepercayaan di antara
karyawan dan pihak-pihak terkait dengan perusahaan akan memudahkan proses
pengambilan keputusan dan pelaksanaan.
2. Building Bricks, termasuk di
dalamnya
- training, dibutuhkan karyawan
di antaranya keahlian personal sesuai dengan pekerjaan masing-masing, kemampuan
untuk bekerja aktif dalam tim, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, ekonomi
dan bisnis, dan keahlian teknis lainnya sehingga akan mampu mendapatkan
karyawan yang efektif.
- teamwork, dengan tim
permasalahan akan lebih cepat diselesaiakan dengan lebih banyak solusi yang
dapat saling mengisi, juga akan mampu mingimprovisasi proses dan pelaksanaan
TQM. Ada tiga tipe tim yang disarankan dalam TQM, yaitu sebagai berikut.
a.
Quality Improvement
Teams or Excellence Teams (QITS), sifatnya temporer yang bertugas untuk
menyelesaikan problem yang spesifik, biasanya digunakan dalam kurun waktu tiga
sampai dengan dua belas bulan. Tim ini juga biasanya digunakan lagi ketika
permasalahan yang sama timbul pada periode waktu berikutnya.
b.
Problem Solving Teams (PSTs), bersifat temporer dengan tugas
menyelesaikan permasalahan yang juga spesifik dan mengidentifikasi serta
menangani penyebab permasalahan dengan kurun waktu satu minggu sampai dengan
tiga bulan. Dengan tingkat permasalahan yang lebih rendah daripada permasalahan
yang dihadapi QITS.
c. Natural Work Teams (NWTs), terdiri atas
sekelompok kecil SDM ahli di bidangnya dengan tiap-tiap anggota tim memikul
tugas dan tanggug jawab sendiri-sendiri yang dibagi berdasarkan kapabilitasnya.
Konsep yang terdapat di dalam tim yang melibatkan karyawan, kesanggupan
me-manage tim secara professional, dan kesatuan di antara anggota tim yang
berupa lingkaran berkualitas. Tim ini berkesinambungan tanpa ada batas waktu
dengan jam kerja kurang lebih satu sampai dengan dua jam setiap minggunya.
- leadership, sosok kepemimpinan dalam TQM hendaknya yang memiliki visi ke
depan dan mampu menginspirasi anggotanya, mampu membuat arah strategi yang
dapat dipahami oleh semua komponen yang ada dengan nilai-nilai yang mewakili
seluruh kepentingan.
3. Binding Mortar, termasuk didalamnya
Communication, suatu jembatan yang menentukan keberhasilan TQM. Komunikasi yang
tidak tepat dan tidak tertuju ke sasaran akan mengakibatkan rubuhnya model TQM.
Komunikasi yang baik dalam TQM diperlukan antara seluruh elemen organisasi,
supplier, dan konsumen. Beberapa macam komunikasi, yaitu sebagai berikut :
a. Downward communication –
Aliran komunikasi dari atas ke bawah. Komunikasi ini tergolong dominant dalam
organisasi, contoh: informasi dari top manajemen ke supervisor, selanjutnya
supervisor ke karyawan.
b. Upward communication – Dapat
berupa kritikan karyawan terhadap manajemen atau hasil mata-mata karyawan dan
pengetahuan lainnya dari karyawan yang disampaikan ke atas, demi kesempurnaan
TQM.
c. Sideways communication –
Komunikasi ini sangat penting karena memecah dinding pembatas antara satu
departemen dengan departemen lainnya.
4. Roof adalah recognition, elemen terakhir dari
TQM. Seharusnya elemen ini mampu memberikan sugesti dan achivement bagi tim dan
karyawan individual. Dengan seseorang memperoleh suatu pengakuan,
akredibilitas, maka secara otomatis akan terjadi perubahan yang luar biasa
dalam kepercayaan diri, self esteem, produktivitas, dan kualitas kerja yang
sesuai dengan mutu yang diharapkan perusahaan. Secara tidak langsung hal inilah
yang pada akhirnya akan memberikan kepuasan kepada konsumen berupa produk
dengan mutu yang tinggi sebagai hasil dari pemberdayaan SDM yang berkualitas.
Pengakuan atau kredibilitas dapat berupa sertifikat penghargaan, trofi,
plakat, dan sebagainya, tempat penampilan yang baik, pengakuan pada waktu rapat
staf, penghargaan yang sifatnya rutin, dan sebagainya.
D. MODEL TQM YANG DISEDERHANAKAN
Untuk membuat dan mengaplikasikan sebuah model dari Total Quality
Management, makadilakukan langkah-langkah awal sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi elemen-elemen yang diperlukan untuk kesuksesan pendekatan
manajemen kualitas.
2. Mengetahui cara cara agar keseluruhan elemen tersebut dapat terkoneksi satu
dengan yang lain sehingga dapat mencapai tujuan.
3. Membuat pilihan-pilihan proses yang dapat dipilih dalam mecapai tujuan dari
manajemen kualitas.
4. Mempelajari keahlian dan pengetahuan untuk menyeimbangankan perencanaan
startegik perusahaan yang akan dilakukan dengan rutinitas proses operasional
sehari- hari.
5. Mempelajari keahlian dan pengetahuan yang akan digunakan oleh tiap-tiap
sumber daya manusia dan sumber daya perusahaan untuk peningkatan aktivitas
produksi sehari-hari.
6. Belajar untuk menghilangkan kesan cambukan SDM dalam peningkatan
produktivitas sebagai upaya mereka untuk menjadi karyawan pilihan dalam satu
bulan, tetapi membuat mereka melakukannya secara tulus.
7. Mempelajari keahlian manajemen dengan baik dan mengetahui kebutuhan
karyawan dan sumber daya perusahaan lainnya agar semua elemen yang berperan
dalam TQM dapat bekerja sampai pada titik tertinggi
8. Menghindari titik kepuasan karyawan yang akan menyebabkan mereka berhenti
untuk meningkatkan produktivitas dan justru sebaliknya harus mempelajari
hal-hal yang membakar semangat mereka pada saat proses TQM berlangsung.
Pelaksanaan Model TQM harus berpegang pada prinsip-prinsip kesuksesan model
TQM
Berikut :
1. Kesuksesan TQM membutuhkan perubahan tingkah laku dan budaya
2. Manajemen TQM harus dipisah dari HRD dan Manajemen Organisasional (OM),
dengan kata lain divisi TQM hendaknya dibuat tersendiri.
3. Kesuksesan sistem TQM adalah kemampuan untuk memadukan manajemen organisasi
dengan Departemen Human Resource Development.
4. TQM, HRM, dan OM haruslah memiliki satu kesatuan pandangan dan berkesinambungan.
Dua macam pendekatan Model TQM adalah sebagai berikut :
1. Traditional Management Approach (Model Pendekatan
Tradisional), adalah model yang paling sering digunakan, yaitu pimpinan perusahaan
membuat suatu pendekatan TQM dengan memaksakan penerapan TQM yang akan
diberlakukan ke HRD dan OM. Hal ini berarti bahwa pimpinan tidak berdampingan
dengan HRD dan OM dalam merancang TQM itu sendiri. Akibatnya adalah pendekatan
ini dapat mengalami kegagalan sebanyak 80%. Hal itu terjadi karena yang
terkesan dari TQM dengan pendekatan ini adalah Rat Race atau perburuan hadiah
yang akan menimbulkan cara-cara tidak sehat atau Run end atau kinerja yang
mendadak berhenti ketika seorang karyawan merasa tidak mampu ataupun sudah
puas.
2. Integrated Management Approach (Model
Pendekatan Terpadu), adalah perpaduan dan penyeimbangan antara budaya kerja yang telah ada di
OM dan HRD dengan budaya yang akan diciptakan oleh TQM sehingga tercipta suatu
garis tengah yang menjembatani semua kebutuhan dan kebudayaan HRD dan OM dengan
alur dari TQM dengan tujuan yang dibawa oleh TQM. Dengan demikian, di antara
ketiganya akan tercipta suatu integritas, kesepahaman, tanpa adanya rasa saling
dirugikan dan mereka akan berkinerja lebih baik tanpa perlu merasakan aura
kompetisi yang tidak sehat seperti Rat Race dan Runs end. Tingkat keberhasilan
sangat tinggi mengingat akan disesuaikan antara tingkat keberhasilan yang
diinginkan perusahaan dengan kemampuan dan kemauan para pelaksana.
Untuk beberapa perusahaan, akan menjadi sangat sulit ditemukan titik temu
dalam perencanaan TQM pendekatan terpadu. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan
prinsip, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Para manajer berkomitmen untuk melaksanakan model yang akan mereka buat
bersama
2. Formula sederhananya adalah HRD + Organisation Development = TQM. Keduanya
harus saling melengkapi tanpa harus merugikan salah satunya.
3. Cara Sederhana untuk
membuat TQM yang disederhanakan dengan membuat bagan sebagai berikut :
Gambar TQM Yang disederhanakan
Dari model di atas dapat dilihat bahwa
TQM yang disederhanakan dalam model integritas adalah
bentukan dari titik tengah kinerja
karyawan yang ditingkatkan dengan proses kinerja perusahaan
yang juga ditingkatkan. Keduanya
mengalami titik temu, sehingga karyawan tidak merasa
terpaksa melakukan TQM dan perusahaan
juga mampu meningkatkan kualitas proses kerja
mereka dengan kapasitas yang diterima
karyawan
E. Kesimpulan Dari Penjelasan TQM
Bahwa pendekatan yang digunakan
perusahaan dalam rangka mencapai nilai optimal, sebaiknya menggunakan Total
Quality Management. Karena Total Quality Management adalah suatu upaya
pemberdayaan menyeluruh dari elemen perusahaan yang bekerja pada satu visi
untuk meraih objective bersama dari perusahaan.
Kerangka dari TQM adalah sumber daya yang dapat diandalkan, selanjutnya
menghasilkan efektifivas dan efisiensi dari kinerja perusahaan, yang
menghasilkan produk yang berkualitas, sehingga kepuasan konsumen akan dapat
diraih dengan mudah.
Sumber Referensi Penulisan:
Wikipedia, Total
Quality Management
https://en.wikipedia.org/wiki/Total_quality_management
[diakses 17 April 2016]
Pengertian
TQM
http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-total-quality-management-tqm/
[diakses 17 April 2016]
”Total Quality Management Sebagai
Perangkat Manajemen Baru untuk Optimisasi”, Ketut Suardhika Natha, Jurusan Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Denpasar, Buletin Studi Ekonomi
Volume 13 Nomor 1 Tahun 2008, ejournal.unud.ac.id/abstrak/suardhika%20natha.pdf [didownload 17
April 2016]